MATERI AJAR
BAB II : MASA PRAAKSARA DI INDONESIA
Pengertian Masa Pra Aksara
Masa
pra aksara
atau biasa disebut
masa prasejarah
adalah
masa kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan. Manusia yang diperkirakan
hidup pada masa pra aksara adalah manusia purba. Pada masa ini, kita tidak
dapat mengetahui sejarah serta kebudayaan manusia melalui tulisan. Satu-satunya
sumber untuk mengetahui kehidupan manusia purba hanya melalui
peninggalan-peninggalan mereka yang berupa fosil, alat-alat kehidupan, dan
fosil tumbuh-tumbuhan maupun hewan yang hidup dan berkembang pada masa itu.
Zaman
pra aksara berlangsung sangat lama, yaitu sejak manusia belum mengenal tulisan
hingga manusia mulai mengenal dan menggunakan tulisan. Zaman manusia mengenal
dan menggunakan tulisan disebut zaman aksara atau zaman sejarah.
Zaman
pra aksara di Indonesia berlangsung sampai abad ke-3 Masehi. Jadi, pada abad
ke-4 Masehi, manusia Indonesia baru mulai mengenal tulisan. Hal ini dapat
diketahui dari batu bertulis yang terdapat di Muara Kaman, Kalimantan Timur.
Meskipun prasasti tersebut tidak berangka tahun, tetapi bahasa dan bentuk huruf
yang digunakan menunjukkan bahwa prasasti tersebut dibuat kurang lebih tahun
400 Masehi.
Perkembangan
Kehidupan Masyarakat pada Zaman
Tabir
perkembangan kehidupan masyarakat pra aksara Indonesia, dapat diketahui dalam
pembabakan zaman pra aksara berdasarkan arkeologi dan ciri kehidupan
masyarakat.
a.
Zaman batu
Zaman
batu menunjuk pada suatu periode di mana alat-alat kehidupan manusia terbuat
dari batu, meskipun ada juga alat-alat tertentu yang terbuat dari kayu dan
tulang. Tetapi, pada zaman ini secara dominan alat-alat yang digunakan terbuat
dari batu. Dari alat-alat peninggalan zaman batu tersebut, maka zaman batu
dibedakan lagi menjadi tiga periode sebagai berikut.
Zaman
batu tua merupakan suatu masa di mana hasil buatan alat-alat dari batunya masih
kasar dan belum diasah sehingga bentuknya masih sederhana. Misalnya, kapak
genggam. Hasil kebudayaan Palaeolithikum banyak ditemukan di daerah Pacitan dan
Ngandong Jawa Timur.
Zaman
batu madya merupakan masa peralihan di mana cara pembuatan alat-alat
kehidupannya lebih baik dan lebih halus dari zaman batu tua. Misalnya,
pebble/kapak Sumatera.
Zaman
batu muda merupakan suatu masa di mana alat-alat kehidupan manusia dibuat dari
batu yang sudah dihaluskan, serta bentuknya lebih sempurna dari zaman
sebelumnya. Misalnya, kapak persegi dan kapak lonjong.
b.
Zaman logam
Dengan
dimulainya zaman logam, bukan berarti ber- akhirnya
zaman batu, karena pada zaman logampun
Nekara dan Moko. alat-alat
dari batu terus berkembang bahkan sampai sekarang. Sesungguhnya, nama zaman
logam hanyalah untuk menyatakan bahwa pada zaman tersebut alat-alat dari logam
telah dikenal dan digunakan secara dominan.
Perkembangan
zaman logam di Indonesia berbeda dengan yang ada di Eropa, karena zaman logam
di Eropa mengalami tiga pembagian zaman, yaitu zaman tembaga, zaman perunggu,
dan zaman besi. Sedangkan di Indonesia khususnya dan Asia Tenggara umumnya
tidak mengalami zaman tembaga tetapi langsung memasuki zaman perunggu dan besi
secara bersamaan. Dan hasil temuan yang lebih dominan adalah alat-alat dari
perunggu sehingga zaman logam disebut juga dengan zaman perungggu.
Zaman
pra aksara di Indonesia berdasarkan ciri kehi- dupan masyarakat, dibagi dalam
empat babak, yaitu masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana,
masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, masa bercocok tanam, dan
masa perundagian. a.
Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana
Pada
masa ini, kehidupan manusia hanya terpusat pada upaya mempertahankan diri di
tengah-tengah alam yang penuh tantangan, dengan kemampuannya yang masih sangat
terbatas. Kegiatan pokoknya adalah berburu dan mengumpulkan makanan, dengan
peralatan dari batu, kayu, dan tulang. Kehidupan manusia masih sangat
tergantung pada alam lingkungan sekitarnya.
Kepulauan
Indonesia terletak di antara dua benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia.
Ada pengaruh iklim dan pengaruh penyebaran hewan, manusia,dan
kebudayaan, sebagai akibat pernah bergabung- nya Indonesia dengan kedua benua
tersebut.
Tepi
pantai, sungai, danau, atau tempat-tempat yang banyak air dan bahan makanan
merupakan tempat tinggal manusia purba. Mereka mendapatkan makanan secara
langsung dari alam, tanpa melalui proses, baik dalam mengumpulkan sampai pada
cara makan.
Penelitian
khusus tentang fosil manusia purba (Palaeoanthropologi) di Indonesia, dibagi
dalam tiga tahapan, yaitu tahun 1889-1909, tahun 1931-1941, dan tahun
1952-sekarang.
a) Penelitian
tahap I pada tahun 1889-1909 dilaku- kan oleh Dr. Eugene Dubois, yang menduga
bahwa
manusia purba hidupnya pasti di daerah tropis. Dubois menemu- kan fosil
sepotong tulang kobi yang bisa menanda- kan bahwa pemiliknya berjalan tegak, di
Trinil dekat Ngawi. Fosil tersebut adalah Pithecanthropus Erectus. Pada masa
ini, ditemukan pula fosil manusia Wajak di daerah Kediri Jawa Timur, dan
penemuan manusia purba di Kedungtrubus. Seluruh temuan Dubois tentang manusia
purba di Indonesia adalah fosil-fosil tengkorak, ruas leher, rahang, gigi,
tulang paha, dan tulang kering.
b) Penelitian
tahap II antara 1931-1941 dilakukan oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan Von
Koeningswald. Mereka menemukan tengkorak dan tulang kering Pithecanthropus
Soloensis di Ngandong Kabupaten Blora. Juga tahun 1936 Tjokrohandojo menemukan
fosil tengkorak anak-anak di utara Mojokerto. Antara tahun 1936-1941, Von
Koeningswald menemukan fosil-fosil rahang, gigi, dan tengkorak di Sangiran
Surakarta.
c)
Penelitian tahap III, sebagian besar penemuan di Sangiran, yang menemukan
bagian-bagian tubuh Pithecanthropus yang belum pernah ditemukan sebelumnya,
seperti tulang muka dan dasar tengkorak.
Ada
beberapa jenis manusia purba di Indonesia,
yaitu
sebagai berikut.
Meganthropus
Palaeojavanicus adalah manusia paling primitif yang pernah ditemukan di Indonesia
oleh Von Koeningswald tahun 1936 dan 1941 di formasi Pucangan, Sangiran. Fosil
yang ditemukan tersebut berupa rahang manusia purba yang berukuran besar. Dari
hasil penelitian disimpulkan bahwa jenis manusia tersebut bertubuh sangat
besar. Fragmen rahang bawah lain ditemukan oleh Marks pada tahun 1952 di
lapisan terbawah formasi Kabuh.
Fosil
Pithecanthropus adalah fosil manusia yang paling banyak ditemukan di Indonesia,
yaitu di Mojokerto, Kedungtrubus, Trinil, Sangiran, Sam- bungmacan, dan
Ngandong. Bentuk tubuh Pithecanthropus tidak setegap Meganthropus. Tingginya
kira-kira 165-180 cm. Fosil Pithecanthropus Erectus saat saling dihubungkan
membentuk sebuah kerangka yang mirip kera. Maka Pithecanthropus Erectus
berarti manusia kera yang berjalan tegak.
Homo
Sapiens Wajak I ditemukan dekat Campur- darat Tulungagung Jawa Timur oleh Van
Rietschoten tahun 1889, terdiri atas tengkorak, termasuk fragmen rahang bawah,
dan beberapa buah ruas leher.
emuan
tersebut diselidiki pertama kali oleh Dubois. Homo Sapiens Wajak II ditemukan
oleh Dubois tahun 1890 di tempat yang sama, terdiri atas fragmen- fragmen
tulang tengkorak, rahang atas dan rahang bawah, serta tulang paha dan tulang
kering.
3)
Teknologi
Teknologi
pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana, hanya
mengutamakan segi praktis sesuai dengan tujuan penggunaannya saja, namun lama kelamaan
ada penyempurnaan bentuk.
i
Indonesia dikenal dua macam teknik pokok, yaitu teknik pembuatan perkakas batu
yang disebut tradisi kapak perimbas dan tradisi serpih. Pada perkem- bangan
berikutnya ditemukan alat-alat dari tulang dan tanduk. Movius menggolongkan
alat-alat dari batu sebagai perkakas zaman pra aksara, yaitu kapak perimbas,
kapak penetak, pahat genggam, proto kapak genggam, dan kapak genggam.Alat-alat
yang dibuat dari batu, kayu, tulang, dan tanduk terus-menerus mengalami
penyempurnaan bentuk, sesuai dengan perkembangan alam pikiran mereka.
Pada
masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, di Indonesia sudah ada
usaha-usaha untuk bertempat tinggal secara tidak tetap di gua-gua alam,
utamanya di gua-gua payung, yang setiap saat mudah untuk ditinggalkan, jika
dianggap sudah tidak memung- kinkan lagi tinggal di tempat itu.
Api
sudah dikenal sejak sebelumnya, karena sangat bermanfaat untuk berbagai
keperluan hidup, seperti untuk memasak makanan, sebagai penghangat tubuh, dan
untuk menghalau binatang buas pada malam hari.
Terputusnya
hubungan kepulauan Indonesia dengan Asia Tenggara pada akhir masa glasial
keempat, terputus pula jalan hewan yang semula bergerak leluasa menjadi lebih
sempit dan terbatas, dan ter- paksa menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.
Tumbuh-tumbuhan yang mula-mula ditanam adalah kacang-kacangan, mentimun,
umbi-umbian dan biji- bijian, seperti juwawut, padi, dan sebagainya.
Ada
dua ras yang mendiami Indonesia pada permulaan Kala Holosin, yaitu
Austromelanesoid dan Mongoloid. Mereka berburu kerbau, rusa, gajah, dan badak,
untuk dimakan.
Di
bagian barat dan utara ada sekelompok populasi dengan ciri-ciri terutama
Austromelanesoid dengan hanya sedikit campuran Mongoloid. Sedangkan di Jawa
hidup juga kelompok Austromelanesoid yang lebih sedikit lagi dipengaruhi oleh
unsur-unsur Mongoloid. Lebih ke timur lagi, yaitu di Nusa Tenggara sekarang,
terdapat pula Austromelanesoid.Teknologi
Ada
tiga tradisi pokok pembuatan alat-alat pada masa Pos Plestosin, yaitu tradisi
serpih bilah, tradisi alat tulang, dan tradisi kapak genggam Sumatera.
Persebaran alatnya meliputi Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara
Timur, Maluku, dan Papua. Alat tulang ditemukan di Tonkin Asia Tenggara,
sedangkan di Jawa ditemukan di Gua Lawa Semanding Tuban, di Gua Petpuruh utara
Prajekan, dan Sodong Marjan di Besuki. Kapak genggam Sumatera ditemukan di
daerah pesisir Sumatera Utara, yaitu di Lhok Seumawe, Binjai, dan Tamiang.
Masyarakat
Manusia
yang hidup pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, mendiami
gua-gua terbuka atau gua-gua payung yang dekat dengan sumber air atau sungai
sebagai sumber makanan, berupa ikan, kerang, siput, dan sebagainya. Mereka
membuat lukisan- lukisan di dinding gua, yang menggambar- kan kegiatannya, dan
juga kepercayaan masyarakat pada saat itu
c.
Masa bercocok tanam
Perubahan
dari masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut ke masa bercocok
tanam, mema- kan waktu yang sangat panjang, karena tingkat kesulitan yang
tinggi. Pada masa ini sudah mulai ada usaha bertempat tinggal menetap di suatu
perkampungan yang terdiri atas tempat tinggal-tempat tinggal sederhana yang
didiami secara berkelompok. Mulai ada kerjasama dan peningkatan unsur
kepercayaan yang diharapkan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
ketenteraman hidupnya.
Manusia
yang hidup pada masa bercocok tanam di Indonesia Barat mendapat pengaruh besar
dari ras Mongoloid, sedangkan di Indonesia Timur sampai sekarang lebih
dipengaruhi oleh komponen Austro- melanesoid.
Kelompok
manusia sudah lebih besar, karena hasil pertanian dan peternakan sudah dapat
memberi makan sejumlah orang yang lebih besar pula. Jumlah anak yang banyak sangat
menguntungkan, karena mereka dapat menghasilkan makanan yang lebih banyak pula.
2) Teknologi
Masa
bercocok tanam di Indonesia dimulai kira-kira bersamaan dengan berkembangnya
kemahiran mengasah alat dari batu dan mulai dikenalnya teknologi pembuatan
gerabah. Alat yang terbuat dari batu dan biasa diasah adalah beliung, kapak
batu, mata anak panah, mata tombak, dan sebagainya. Di antara alat batu yang
paling terkenal adalah beliung persegi.
Masyarakat
mulai meninggalkan cara-cara berburu dan mengumpulkan makanan. Mereka sudah
menun- jukkan tanda-tanda akan menetap di suatu tempat, dengan kehidupan baru,
yaitu mulai bercocok tanam secara sederhana dan mulai memelihara hewan. Proses
perubahan tata kehidupan yang ditandai dengan perubahan cara memenuhi kebutuhan
hidup masyarakat, terjadi secara perlahan-lahan, namun pasti.
Demikian
pula dengan tempat tinggal, dari yang masih sangat sederhana berbentuk bulat
dengan atap dan dinding dari rumbai, perlahan-lahan berubah sedikit demi
sedikit kepada bentuk yang lebih maju dengan daya tampung yang lebih banyak,
untuk menampung keluarga mereka. Gotong-royong merupakan suatu kewajiban yang
memang diperlu- kan untuk pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan tenaga orang
banyak, seperti mendirikan rumah dan membersihkan saluran air untuk bercocok
tanam. Masyarakat merasa bahwa tanah merupakan kunci dari kehidupan. Oleh
karena itu, mereka meningkat- kan manfaat kegunaan tanah, termasuk penguasaan
terhadap binatang-binatang peliharaan. Yang jelas mereka sudah tidak lagi
tergantung pada alam. Mereka sudah mengadakan perubahan-perubahan, dengan
menganggap sebagai pemilik atas unsur- unsur yang mengelilinginya.
Pemujaan
roh leluhur maupun kepercayaan terhadap adanya kekuatan gaib menjadi adat
kebiasaan masyarakat saat itu. Kebiasaan semacam itu lazim disebut animisme dan
dinamisme. Sudah mulai ada kepercayaan tentang hidup sesudah mati, bahwa roh
seseorang tidak lenyap pada saat orang meninggal. Upacara pemakaman dilakukan
sedemikian rupa agar roh yang meninggal tidak salah jalan menuju nenek moyang
mereka.
Tradisi
mendirikan bangunan megalitik (batu besar) muncul berdasarkan keper- cayaan
adanya hubungan antara yang hidup dengan yang mati. Terutama karena adanya
pengaruh yang kuat dari yang telah mati terhadap kesejahteraan masyarakat dan
kesuburan tanaman.
Pada
masa bercocok tanam, manusia sudah berusaha bertempat tinggal menetap dengan
mengatur kehidupan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, yaitu meng- hasilkan
bahan makanan sendiri, baik di bidang pertanian maupun peternakan. Pada masa
perundagian, semuanya mengalami kemajuan dan penyempurnaan. Pada masa ini mulai
ditemukan bijih-bijih logam sehingga berbagai peralatan mulai dibuat dari
logam.
Pada
perkembangan berikutnya, perlu dibedakan golongan yang terampil dalam melakukan
jenis usaha tertentu, misalnya terampil dalam membuat rumah kayu, pem- buatan
gerabah, pembuatan benda-benda dari logam, perhiasan, dan lain sebagainya.
Manusia
yang bertempat tinggal di Indonesia pada masa ini dapat diketahui dari berbagai
penemuan sisa-sisa rangka dari berbagai tempat, antara lain di Anyer Utara Jawa
Barat, Puger Jawa Timur, Gilimanuk Bali, dan Melolo Sumba Timur. Pada masa
perundagian
ini
perkampungan sudah lebih besar, karena adanya hamparan pertanian, dan mereka
kemudian mulai mengadakan aktivitas perdagangan.
Pada
masa perundagian ini, teknologi berkembang sangat pesat, sebagai akibat adanya
penggolongan- penggolongan dalam masyarakat. Dengan beban pekerjaan tertentu,
banyak jenis pekerjaan yang mempunyai disiplin tersendiri sehingga semakin
beraneka ragam perkembangan teknologi yang terjadi pada masa itu. Termasuk
perkembangan perdagangan dan pelayaran.
Teknologi
yang berkembang seiring dengan per- kembangan kebutuhan, nampaknya menyangkut
dan melibatkan berbagai bidang yang lain. Saat itu juga sedang berkembang
teknologi peleburan, pencampuran, penempaan, dan pencetakan berbagai jenis
logam yang dibutuhkan oleh manusia. Di Indonesia, berdasarkan temuan-temuan
arkeologis, penggunaan logam sudah dimulai beberapa abad sebelum masehi, yaitu
penggunaan perunggu dan besi. Secara berangsur-angsur dan bertahap, peng-
gunaan kapak batu diganti dengan logam. Namun logam tidak mudah menggeser
peranan gerabah yang masih tetap bertahan karena memang tidak semuanya dapat
digantikan dengan logam.
Seni
ukir dan seni hias yang diterapkan pada benda- benda megalitik mengalami
kemajuan yang pesat. Sedangkan yang sangat menonjol pada masa per- undagian ini
adalah kepercayaan kepada arwah nenek moyang, karena dipercaya sangat besar
pengaruhnya terhadap perjalanan hidup manusia dan masyarakatnya. Oleh karena
itu, arwah nenek moyang harus diperhatikan dan dipuaskan melalui
upacara-upacara. Kehidupan dalam masyarakat masa perundagian adalah hidup yang
penuh rasa setia kawan. Perasaan solidaritas ini tertanam dalam hati setiap
orang sebagai warisan dari nenek moyang.
LEMBAR KERJA SISWA 6
KEHIDUPAN MANUSIA PRA AKSARA
I. TUJUAN
Setelah selesai mengerjakan Lembar kerja ini, diharapakan siswa dapat:
1. Menjelaskan kehidupan manusia pada jaman pra aksara
2. Menunjukkan tempat-tempat penemuan ala-alat yang digunakan pada masa aksara
II. BAHAN/ALAT/SUMBER
1. BAHAN :
a. Wacana
b. Peta Dasar Indonesia
2. ALAT : kertas Gambar, penggaris, pensil warna
3. SUMBER : Atlas Global penerbit Pustaka Dua Surabaya halaman 4, Buku Khasanah IPS Kelas VII karangan Sardiman AM dkk. Penerbit Tiga Serangkai , halaman 35
Wacana
Berdasarkan perkembangan kebudayaan dan peralatan yang digunakannya, masa praaksara dibagi menjadi tiga masa, yaitu masa berburu dan meramu, masa bercocok tanam, dan masa perundagian.
1) Masa Berburu dan Meramu
Pada masa berburu dan meramu, keadaan alam masih belum stabil. Manusia hidup secara berkelompok dan jumlahnya tidak terlalu banyak. Mereka selalu erpindah-pindah (nomaden) mencari daerah baru yang dapat memberikan makanan yang cukup. Makanannya diperoleh dengan cara berburu. Daerah perburuan mereka tidak terlalu jauh dari sungai, danau, atau sumber-sumber air yang lain karena binatang buruan selalu berkumpul di dekat sumber air. Peralatan yang digunakan oleh manusia untuk berburu pada waktu itu dibuat dari batu, kayu, maupun tulang-tulang hewan dalam bentuk yang sederhana.
Alat-alat yang digunakan manusia purba pada saat itu adalah sebagai berikut.
(1) Kapak perimbas, digunakan untuk menguliti binatang hasil berburu, merimbas kayu, dan memecah tulang.
(2) Alat serpih, digunakan sebagai gurdi, penusuk, dan sebagai pisau.
(3) Kapak genggam awal, digunakan untuk menggali ubi dan memotong binatang hasil berburu.
2) Masa Bercocok Tanam
Pada masa ini, manusia purba sudah menguasai pengetahuan dan teknologi yang berkaitan dengan usaha pertanian. Mereka juga sudah memiliki kemampuan mengadakan persediaan makanan. Kemampuan ini diikuti juga dengan kemahiran membuat wadah untuk menyimpan persediaan makanan tersebut. Sistem kehidupan manusia pada masa bercocok tanam sudah mulai tinggal menetap di suatu perkampungan. Kebutuhan mereka juga makin luas, misalnya kebutuhan akan makanan dan pakaian. Untuk memenuhi kebutuhan makanan, mereka bercocok tanam dengan cara berhuma, yaitu dengan menebangi hutan dan menanaminya (bercocok tanam sederhana). Oleh sebab itu, masa ini dikenal juga sebagai masa food producing karena manusia pada masa itu sudah mampu memproduksi makanannya. Masa bercocok tanam ditandai dengan berkembangnya kemahiran mengasah alatalat batu dan pembuatan gerabah (benda pecah-belah dari tanah liat yang dibakar). Alat yang diasah antara lain kapak lonjong, beliung persegi, mata panah, gerabah, dan perhiasan dari batu dan kerang.
3) Masa Perundagian
Pada masa perundagian, manusia mulai mengenal teknologi pertukangan. Mereka telah mampu mengolah logam, terutama perunggu dan besi. Kemampuan mengolah logam hanya dapat dikerjakan oleh orang yang ahli (undagi). Oleh sebab itu, masa ini dikenal dengan masa perundagian. Masa perundagian merupakan masa perkembangan pesat dari berbagai kemahiran membuat alat. Pada masa ini, telah dikenal sistem perdagangan. Sistem ini berkembang pada awalnya untuk mendapatkan timah putih, bahan utama pembuatan alat-alat perunggu. Alat-alat dari perunggu yang dihasilkan pada masa ini ialah nekara, kapak, bejana, dan arca-arca. Alat-alat dari besi yang dihasilkan antara lain mata kapak, mata sabit, mata pisau, mata tembilang, mata pedang, cangkul, tongkat. Kemahiran membuat gerabah dan manik-manik pun makin baik. Manik-manik sudah dibuat dari kaca.
Peta Dasar Indonesia
III. RINCIAN KEGIATAN
1. Bacalah materi pelajaran tentang kehidupan manusia pra aksara pada Buku Khasanah IPS Kelas VII karangan Sardiman AM dkk. Penerbit Tiga Serangkai , halaman 35
2. Baca pula wacana di atas
3. Perhatikan peta dasar Indonesia
4. Sediakan kertas gambar, penggaris, pensil warna
5. Menyalin peta dasar Indonesia
6. Kerjakan pertanyaan di bawah ini
IV. PERTANYAAN/ SURUHAN
a. Suruhan
1. Salinlah peta dasar Indonesia di atas pada kertas gambar kalian
2. Lengkapilah tempat-tempat penemuan ala-alat yang digunakan pada masa aksara dengan memberi tanda:
Huruf A = Tempat penemuan sarkofagus
Huruf B = Tempat penemuan dolmen
Huruf C = Tempat penemuan bejana perunggu
Huruf D = Tempat penemuan peti kubur batu
Huruf E = Tempat penemuan Gerabah
Huruf F = Tempat penemuan waruga
3. Gambarlah pada kotak di bawah ini
Kotak A buatlah gambar kapak lonjong
Kotak B gambarlah kapak corong
Kotak C buatlah mata panah gerigi
Kotak A Kotak B Kotak C
KEHIDUPAN MANUSIA PRA AKSARA
I. TUJUAN
Setelah selesai mengerjakan Lembar kerja ini, diharapakan siswa dapat:
1. Menjelaskan kehidupan manusia pada jaman pra aksara
2. Menunjukkan tempat-tempat penemuan ala-alat yang digunakan pada masa aksara
II. BAHAN/ALAT/SUMBER
1. BAHAN :
a. Wacana
b. Peta Dasar Indonesia
2. ALAT : kertas Gambar, penggaris, pensil warna
3. SUMBER : Atlas Global penerbit Pustaka Dua Surabaya halaman 4, Buku Khasanah IPS Kelas VII karangan Sardiman AM dkk. Penerbit Tiga Serangkai , halaman 35
Wacana
Berdasarkan perkembangan kebudayaan dan peralatan yang digunakannya, masa praaksara dibagi menjadi tiga masa, yaitu masa berburu dan meramu, masa bercocok tanam, dan masa perundagian.
1) Masa Berburu dan Meramu
Pada masa berburu dan meramu, keadaan alam masih belum stabil. Manusia hidup secara berkelompok dan jumlahnya tidak terlalu banyak. Mereka selalu erpindah-pindah (nomaden) mencari daerah baru yang dapat memberikan makanan yang cukup. Makanannya diperoleh dengan cara berburu. Daerah perburuan mereka tidak terlalu jauh dari sungai, danau, atau sumber-sumber air yang lain karena binatang buruan selalu berkumpul di dekat sumber air. Peralatan yang digunakan oleh manusia untuk berburu pada waktu itu dibuat dari batu, kayu, maupun tulang-tulang hewan dalam bentuk yang sederhana.
Alat-alat yang digunakan manusia purba pada saat itu adalah sebagai berikut.
(1) Kapak perimbas, digunakan untuk menguliti binatang hasil berburu, merimbas kayu, dan memecah tulang.
(2) Alat serpih, digunakan sebagai gurdi, penusuk, dan sebagai pisau.
(3) Kapak genggam awal, digunakan untuk menggali ubi dan memotong binatang hasil berburu.
2) Masa Bercocok Tanam
Pada masa ini, manusia purba sudah menguasai pengetahuan dan teknologi yang berkaitan dengan usaha pertanian. Mereka juga sudah memiliki kemampuan mengadakan persediaan makanan. Kemampuan ini diikuti juga dengan kemahiran membuat wadah untuk menyimpan persediaan makanan tersebut. Sistem kehidupan manusia pada masa bercocok tanam sudah mulai tinggal menetap di suatu perkampungan. Kebutuhan mereka juga makin luas, misalnya kebutuhan akan makanan dan pakaian. Untuk memenuhi kebutuhan makanan, mereka bercocok tanam dengan cara berhuma, yaitu dengan menebangi hutan dan menanaminya (bercocok tanam sederhana). Oleh sebab itu, masa ini dikenal juga sebagai masa food producing karena manusia pada masa itu sudah mampu memproduksi makanannya. Masa bercocok tanam ditandai dengan berkembangnya kemahiran mengasah alatalat batu dan pembuatan gerabah (benda pecah-belah dari tanah liat yang dibakar). Alat yang diasah antara lain kapak lonjong, beliung persegi, mata panah, gerabah, dan perhiasan dari batu dan kerang.
3) Masa Perundagian
Pada masa perundagian, manusia mulai mengenal teknologi pertukangan. Mereka telah mampu mengolah logam, terutama perunggu dan besi. Kemampuan mengolah logam hanya dapat dikerjakan oleh orang yang ahli (undagi). Oleh sebab itu, masa ini dikenal dengan masa perundagian. Masa perundagian merupakan masa perkembangan pesat dari berbagai kemahiran membuat alat. Pada masa ini, telah dikenal sistem perdagangan. Sistem ini berkembang pada awalnya untuk mendapatkan timah putih, bahan utama pembuatan alat-alat perunggu. Alat-alat dari perunggu yang dihasilkan pada masa ini ialah nekara, kapak, bejana, dan arca-arca. Alat-alat dari besi yang dihasilkan antara lain mata kapak, mata sabit, mata pisau, mata tembilang, mata pedang, cangkul, tongkat. Kemahiran membuat gerabah dan manik-manik pun makin baik. Manik-manik sudah dibuat dari kaca.
Peta Dasar Indonesia
III. RINCIAN KEGIATAN
1. Bacalah materi pelajaran tentang kehidupan manusia pra aksara pada Buku Khasanah IPS Kelas VII karangan Sardiman AM dkk. Penerbit Tiga Serangkai , halaman 35
2. Baca pula wacana di atas
3. Perhatikan peta dasar Indonesia
4. Sediakan kertas gambar, penggaris, pensil warna
5. Menyalin peta dasar Indonesia
6. Kerjakan pertanyaan di bawah ini
IV. PERTANYAAN/ SURUHAN
a. Suruhan
1. Salinlah peta dasar Indonesia di atas pada kertas gambar kalian
2. Lengkapilah tempat-tempat penemuan ala-alat yang digunakan pada masa aksara dengan memberi tanda:
Huruf A = Tempat penemuan sarkofagus
Huruf B = Tempat penemuan dolmen
Huruf C = Tempat penemuan bejana perunggu
Huruf D = Tempat penemuan peti kubur batu
Huruf E = Tempat penemuan Gerabah
Huruf F = Tempat penemuan waruga
3. Gambarlah pada kotak di bawah ini
Kotak A buatlah gambar kapak lonjong
Kotak B gambarlah kapak corong
Kotak C buatlah mata panah gerigi
Kotak A Kotak B Kotak C
a.
Pertanyaan
1. Jelaskan kehidupan manusia pra aksara pada masa berburu dan meramu!
2. sebutkan peralatan yang digunakan pada masa berburu dan meramu
3. jelaskan perbedaan corak kehidupan manusia pra aksara pada masa food gathering dengan masa food producing
4. Jelaskan perbedaan kehidupan manusia pada masa bercocok tanam dengan masa perundagian
5. Sebutkan tempat-tempat ditemukanya sarkofagus
6. Dimanakah tempat ditemukannya gerabah peninggalan jaman pra aksara!
7. Jelaskan perbedaan cirri-ciri kapak lonjong dan kapak corong
MANUSIA PRA AKSARA INDONESIA
I. TUJUAN
Setelah selesai mengerjakan lembar kerja ini, siwa dapat:
1. Menyebutkan jenis-jenis manusia Indonesia yang hidup pada masa Pra Aksara
2. Menjelaskan cirri-ciri manusia purba Indonesia
3. Menunjukkan daerah persebaran manusia purba di Indonesia
II. BAHAN/ALAT/SUMBER
a. Bahan :
1. Wacana
2. Peta Indonesia
Wacana
Manusia yang hidup pada masa praaksara biasa disebut manusia purba. Seperti apa manusia purba yang pernah hidup di Indonesia? Ternyata Indonesia merupakan tempat penting bagi perkembangan penyelidikan tentang manusia purba. Di Indonesia, banyak ditemukan berbagai fosil manusia purba. Jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia adalah seperti berikut.
a. Meganthropus
Fosil jenis Meganthropus, yaitu Meganthropus Palaeojavanicus, ditemukan oleh Von Koenigswald pada tahun 1936 dan 1941 di Sangiran, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Manusia purba tertua di Jawa ini diperkirakan hidup antara 2.500.000 sampai 1.250.000 tahun yang lalu. Diperkirakan perawakannya sudah tegap, rahang dan gerahamnya besar, serta tidak berdagu sehingga menyerupai kera. Mereka hidup dari makanan yang terutama berasal dari tumbuh-tumbuhan.
b. Pithecanthropus
Fosil Pithecanthropus paling banyak ditemukan di Indonesia. Pithecanthropus tidak setegap Meganthropus. Jenis-jenis Pithecanthropus di Indonesia antara lain Pithecanthropus mojokertensis, Pithecanthropus soloensis, dan Pithecanthropus erectus. Manusia purba yang diperkirakan hidup 2.500.000 sampai 1.250.000 tahun yang lalu ini berbadan tegak sekitar 165-180 cm. Mereka masih menyerupai kera dengan tulang tengkorak yang cukup tebal dan berbentuk lonjong. Pithecanthropus hidup berburu dan mengumpulkan makanan. Mereka tinggal di padang terbuka dan hidup secara berkelompok.
c. Homo
Manusia jenis homo lebih sempurna dari kedua jenis manusia purba di atas. Manusia dengan tinggi badan antara 130-210 cm ini hidup antara 25.000-40.000 tahun yang lalu. Jenisnya antara lain Homo Soloensis (manusia purba dari Solo), Homo Wajakensis (manusia purba dari Wajak), dan Homo Sapiens (manusia cerdas). Manusia purba jenis ini telah mampu membuat alat-alat dari batu dan tulang untuk berburu. Mereka juga telah mampu memasak makanannya walau dengan cara sederhana.
• Pithecanthropus mojokertensis ditemukan pada tahun 1936 di Mojokerto, Jawa Timur.
• Pithecanthropus erectus ditemukan pada tahun 1890 oleh Eugene Dubois di daerah Trinil, Lembah Sungai Bengawan Solo
• Homo wajakensis ditemukan oleh Van Reitschoten pada tahun 1889 dan oleh Eugene Dubois pada tahun 1890 di Desa Wajak, Tulungagung, Jawa Timur.
• Homo soloensi ditemukan oleh Ter Haar dan Ir. Oppenorth pada tahun 1931-1934 di Desa Ngandong, di Lembah Sungai Bengawan Solo.
Peta Indonesia
b. Alat : Kertas Gambar,
c. Sumber : Atlas Global penerbit Pustaka Dua Surabaya halaman 4, Buku Khasanah IPS Kelas VII karangan Sardiman AM dkk. Penerbit Tiga Serangkai , halaman 29
III. RINCIAN KEGIATAN
1. Bacalah materi tentang manusia Indonesia yang hidup pada masa pra aksara di Buku Khasanah IPS Kelas VII karangan Sardiman AM dkk. Penerbit Tiga Serangkai , halaman 29
2. Baca pula wacana di atas
3. Cermati peta Indonesia di atas
4. Bentuklah kelompok diskusi yang beranggotakan 3-4 orang/siswa
5. Diskusikan dengan kelompokmu dengan pokok permasalahan “manusia Indonesia yang hidup pada masa Pra Aksara” dan salinlah peta Indonesia dengan memberi persebaran manusia Indonesia yang hidup pada masa pra aksara
6. Presentasikan hasil diskusimu di depan kelas
7. Kerjakan pertanyaan/suruhan di bawah ini
IV. PERTANYAAN/SURUHAN
1. Buatlah kesimpulan hasil diskusi mu
2. sebutkan jenis-jenis manusia Indonesia yang hidup pada masa pra aksara
3. Sebutkan ciri-cir manusia purba Meganthropus Palaeojavanicus
4. Sebutkan ciri-ciri manusia purba Pithecanthropus
5. Sebutkan jenis-jenis manusia purba Homo
6. Jelaskan perbedaan cirri-ciri manusia purba Homo
7. sebutkan daerah ditemukannya fosil Meganthropus Palaeojavanicus
8. sebutkan daerah ditemukannya fosil Pithecanthropus
9. sebutkan daerah ditemukannya fosil Hom
1. Jelaskan kehidupan manusia pra aksara pada masa berburu dan meramu!
2. sebutkan peralatan yang digunakan pada masa berburu dan meramu
3. jelaskan perbedaan corak kehidupan manusia pra aksara pada masa food gathering dengan masa food producing
4. Jelaskan perbedaan kehidupan manusia pada masa bercocok tanam dengan masa perundagian
5. Sebutkan tempat-tempat ditemukanya sarkofagus
6. Dimanakah tempat ditemukannya gerabah peninggalan jaman pra aksara!
7. Jelaskan perbedaan cirri-ciri kapak lonjong dan kapak corong
MANUSIA PRA AKSARA INDONESIA
I. TUJUAN
Setelah selesai mengerjakan lembar kerja ini, siwa dapat:
1. Menyebutkan jenis-jenis manusia Indonesia yang hidup pada masa Pra Aksara
2. Menjelaskan cirri-ciri manusia purba Indonesia
3. Menunjukkan daerah persebaran manusia purba di Indonesia
II. BAHAN/ALAT/SUMBER
a. Bahan :
1. Wacana
2. Peta Indonesia
Wacana
Manusia yang hidup pada masa praaksara biasa disebut manusia purba. Seperti apa manusia purba yang pernah hidup di Indonesia? Ternyata Indonesia merupakan tempat penting bagi perkembangan penyelidikan tentang manusia purba. Di Indonesia, banyak ditemukan berbagai fosil manusia purba. Jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia adalah seperti berikut.
a. Meganthropus
Fosil jenis Meganthropus, yaitu Meganthropus Palaeojavanicus, ditemukan oleh Von Koenigswald pada tahun 1936 dan 1941 di Sangiran, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Manusia purba tertua di Jawa ini diperkirakan hidup antara 2.500.000 sampai 1.250.000 tahun yang lalu. Diperkirakan perawakannya sudah tegap, rahang dan gerahamnya besar, serta tidak berdagu sehingga menyerupai kera. Mereka hidup dari makanan yang terutama berasal dari tumbuh-tumbuhan.
b. Pithecanthropus
Fosil Pithecanthropus paling banyak ditemukan di Indonesia. Pithecanthropus tidak setegap Meganthropus. Jenis-jenis Pithecanthropus di Indonesia antara lain Pithecanthropus mojokertensis, Pithecanthropus soloensis, dan Pithecanthropus erectus. Manusia purba yang diperkirakan hidup 2.500.000 sampai 1.250.000 tahun yang lalu ini berbadan tegak sekitar 165-180 cm. Mereka masih menyerupai kera dengan tulang tengkorak yang cukup tebal dan berbentuk lonjong. Pithecanthropus hidup berburu dan mengumpulkan makanan. Mereka tinggal di padang terbuka dan hidup secara berkelompok.
c. Homo
Manusia jenis homo lebih sempurna dari kedua jenis manusia purba di atas. Manusia dengan tinggi badan antara 130-210 cm ini hidup antara 25.000-40.000 tahun yang lalu. Jenisnya antara lain Homo Soloensis (manusia purba dari Solo), Homo Wajakensis (manusia purba dari Wajak), dan Homo Sapiens (manusia cerdas). Manusia purba jenis ini telah mampu membuat alat-alat dari batu dan tulang untuk berburu. Mereka juga telah mampu memasak makanannya walau dengan cara sederhana.
• Pithecanthropus mojokertensis ditemukan pada tahun 1936 di Mojokerto, Jawa Timur.
• Pithecanthropus erectus ditemukan pada tahun 1890 oleh Eugene Dubois di daerah Trinil, Lembah Sungai Bengawan Solo
• Homo wajakensis ditemukan oleh Van Reitschoten pada tahun 1889 dan oleh Eugene Dubois pada tahun 1890 di Desa Wajak, Tulungagung, Jawa Timur.
• Homo soloensi ditemukan oleh Ter Haar dan Ir. Oppenorth pada tahun 1931-1934 di Desa Ngandong, di Lembah Sungai Bengawan Solo.
Peta Indonesia
b. Alat : Kertas Gambar,
c. Sumber : Atlas Global penerbit Pustaka Dua Surabaya halaman 4, Buku Khasanah IPS Kelas VII karangan Sardiman AM dkk. Penerbit Tiga Serangkai , halaman 29
III. RINCIAN KEGIATAN
1. Bacalah materi tentang manusia Indonesia yang hidup pada masa pra aksara di Buku Khasanah IPS Kelas VII karangan Sardiman AM dkk. Penerbit Tiga Serangkai , halaman 29
2. Baca pula wacana di atas
3. Cermati peta Indonesia di atas
4. Bentuklah kelompok diskusi yang beranggotakan 3-4 orang/siswa
5. Diskusikan dengan kelompokmu dengan pokok permasalahan “manusia Indonesia yang hidup pada masa Pra Aksara” dan salinlah peta Indonesia dengan memberi persebaran manusia Indonesia yang hidup pada masa pra aksara
6. Presentasikan hasil diskusimu di depan kelas
7. Kerjakan pertanyaan/suruhan di bawah ini
IV. PERTANYAAN/SURUHAN
1. Buatlah kesimpulan hasil diskusi mu
2. sebutkan jenis-jenis manusia Indonesia yang hidup pada masa pra aksara
3. Sebutkan ciri-cir manusia purba Meganthropus Palaeojavanicus
4. Sebutkan ciri-ciri manusia purba Pithecanthropus
5. Sebutkan jenis-jenis manusia purba Homo
6. Jelaskan perbedaan cirri-ciri manusia purba Homo
7. sebutkan daerah ditemukannya fosil Meganthropus Palaeojavanicus
8. sebutkan daerah ditemukannya fosil Pithecanthropus
9. sebutkan daerah ditemukannya fosil Hom
No comments:
Post a Comment