4.1 Sinopsis Gaguritan Bhima Swarga
Dewi Kunti menugaskan Bhima untuk mencari keberadaan atma Pandu dan
Dewi Madri. Langsung saja Bhima dengan membawa Dewi Kunti dan saudara-saudaranya. Dewi
Kunti, Dharmawangsa, Arjuna, Nakula dan Sahadewa duduk di anggota Badan Bhima.
Dewi Kunti duduk di kepala Bhima, Dharmawangsa duduk di mata letak, Arjuna
duduk di hulu ati, Nakula dan Sahadewa duduk di kedua paha Sang Bhima. Hingga
sampailah sang Bhima di Tegal
Penangsaran. Di Tegal Penangsaran sedang diadakan pertemuan
yang dihadiri oleh Sang Jogormanik, sang Suratma, Sang Warawikrama, dan Sang Kala Upata yang sedang membahas
tentang penyiksaan para roh
pendosa.
Diceritakan pula Sang Cikrabala
dengan pasukannya mengejar, menyerang dan menyiksa para roh yang selama
kehidupannya melanggar aturan
dan berperilaku tidak baik.
Di wilayah Tegal Penangsaran, bertemulah Bhima
dengan Sang Jogormanik. Sang
Jogormanik tidak percaya bahwa yang datang adalah Sang Bhima, dan menghina
Bhima serta menghina Pandu dan Dewi
Madri. Sebai
bukti bahwa yang datang adalah Bhima, Sang Jogormanik meminta Bhima membebaskan
dua roh dari Kawah Gohmuka. Sang Bhima pun turun ke kawah Tambra Goh Muka dan membebaskan semua
roh yang tengah tersiksa di dalam kawah. Sang Jogormanik sangat marah, dan
mengkeroyok Bhima. Sang Bima
unggul dalam peperangan dan mengalahkan Sang Upata, Sang
Suratma dan Sang Jogormanik. Sang Cikrabala kemudian melaporkan kekalahan itu
kepada Sang Yama. Kemudian datanglah Sang Yama untuk menghadapi Bhima. Sang
Hyang Yama kalah dan menyerah kepada Bhima, ia berjanji akan melepaskan Pandu
dan Madri. Namun ketika Bhatara Yama telah sampai bertemu roh Pandu dan Madri,
Bhatara Yama membawa roh Pandu
dan Madri ke
kuali besar, api sedang menyala berkobar-kobar.
Bhima yang melihat hal itu marah, Bhatara Yama dibuatnya lari terpontang
panting hingga sampai di Sorga dan bertemu Sang Hyang Pramesti Guru dengan
saudara serta para penggawanya. Bhatara Yama melaporkan hal itu kepada Hyang
Pramesti Guru sehingga Hyang Pramesti Guru mengutus prajuritnya untuk memukul
kentungan. Setelah semuanya berkumpul di persidangan, Bima melihat roh Pandu
dan Madri di dalam jembangan yang
berbentuk kepala sapi. Kunti dan
Pandawa lainnya keluar daru anggota
tubuh Bhima. Bima menceburkan diri ke jambangan luas itu, mencari roh Madri dan
Pandu dan berhasil membawanya lepas dari kawah itu. Namun Sang Bhima lama
sekali di dalam jambangan, membuat Kunti dan Pandawa lainnya merasa putus asa
dan berkehendak menjatuhkan diri juga ke jambangan. Namuan, Bhima pun datang
dengan membawa roh Pandu dan Madri. Kunti sangat terkejut karena Pandu dan
Madri masih berbentuk rangka. Kemudian Dewi Kunti dan pandawa lainnya selain
Bhima menyembah Pandu dan Madri, sehingga rangka tersebut terbalut kulit. Duduklah Sang Pandhu, setelah disembah, berdirilah Hyang
Pandhu sekarang, namun belum dapat berjalan, demikian juga Dewi Madri.
Dewi Kunti dan Dharmawangsa meminta Bhima menyembah Pandu dan Madri, namun
Bhima masih bersikeras tidak mau, dan akhirnya atas tipu daya dan muslihat
Nakula dan Sahadewa. Setelah di sembah
Bhima, Pandu dan Madri bisa berjalan,
namun belum dapat berbicara, hanya komat-kamit saja.
Kunti sedih, karena Pandhu tidak mampu berbicara apapun, sebab dosanya masih
melekat pada dirinya, maka menyebabkan belum mampu berbicara.
Dimintalah kepada anak-anaknya untuk mencari Tirta Kamandalu yang utama agar Sang pandhu dapat berbicara, dan dosanya akan terleburkan, kalau tidak
berhasil memperoleh amertha itu, seterusnya terbelenggu, dan tidak akan lepas
dari penderitaan. Tidak ada yang bersedia kecuali Bima.
Bima pun pergi ke Sorga untuk mencari Tirta Amertha.
Sesampai di sorga,
Bhima diserang oleh pasukan para dewa namun Sang Bhima tidak dapat dikalahkan.
Sesampai di Balai Perpustakaan, Bhatara Bayu kemudian melaporkan hal itu kepada
Bhatara Guru. Kemudian turunlah Bhatara Bayu menghadapi Bhima. Dan akhirnya
Bima dapat dikalahkan Bhatara Bayu, dan menemui ajalnya. Warga sorga sangat
bergembira. Merasa kasihan Sanghyang
Acintya, turun dari kahyangan menghidupkan Sang Bima.
Sang Bima mengamuk lagi, namun sekali lagi Sang Bayu datang dan berhasil
membunuhnya. Bhima kembali dihidupkan Sanghyang Acintya. Tiga kali menemui kematian, kembali ketiga kalinya diberi hidup.
Kemudian Bhatara Bayu menghisap kekuatan suara dan tenaga Bhima karena Bhima tidak mungkin dapat
dibunuh lagi, hingga Bhima menjadi tidak
berdaya. Bayu pulang
kekahyangan, menghadap Hyang Jagatnata. Setelah kejadian itu,
kedaan sorga menjadi tidak nyaman, semua
tidak bertenaga, lemas dan lemah keadaannya, ada yang mengantuk ada yang jatuh,
amat sedih dn berserakan, tidak mampu akan menguatkan dirinya.
Kemudian Bhatara Guru memnta Bhatara Bayu agar menghidupkan Sang Bhima kembali.
Bhima akhirnya dihidupkan kembali. Bhima dan Bhatara Bayu kemudian menemui
Bhatara Guru. Setelah menerima wejangan dan Tirtha Amertha dari bhatara guru,
Sang Bhima kembali ke penangsaran. Setelah sampai di persembahkanlah Tirtha
Amertha sehingga roh Pandu dan Dewi Madri menjadi sempurna.
Kunti dan pandawa yang
lain kemudian naik ke tubuh Bhima lagi untuk kembali ke Mahisa Pati tempat Kunti dan
anak-anaknya tinggal.